tolak ukur untuk memperoleh suatu kesimpulan. Fungsi utama evaluasi adalah
menelaah suatu objek atau keadaan untuk mendapatkan informasi yang tepat
sebagai dasar untuk pengambilan keputusanSesuai pendapat Grondlund dan Linn
(1990) mengatakan bahwa evaluasi pembelajran adalah suatu proses
mengumpulkan, menganalisis dan menginterpretasi informasi secaras
sistematik untuk menetapkan sejauh mana ketercapaian tujuan
pembelajaran.
Untuk memeperoleh informasi yang tepat dalam kegiatan evaluasi dilakukan melalui kegiatan pengukuran. Pengukuran merupakan suatu proses pemberian skor atau angka-angka
terhadap suatu keadaan atau gejala berdasarkan atura-aturan tertentu.
Dengan demikian terdapat kaitan yang erat antara pengukuran (measurment)
dan evaluasi (evaluation) kegiatan pengukuran merupakan dasar dalam
kegiatan evaluasi.
Evaluasi adalah proses mendeskripsikan,mengumpulkan dan menyajikan suatu informasi yang bermanfaat untuk pertimbangan dalam pengambilan keputusan. Evaluasi pembelajaran merupakan evaluasi dalam bidang pembelajaran. Tujuan evaluasi pembelajaran adalah untuk menghimpun informasi yang dijadikan dasar untuk mengetahui taraf kemajuan, perkembangan, dan pencapaian belajar siswa, serta keefektifan pengajaran guru. Evaluasi pembelajaran mencakupkegiatan pengukuran dan penilaian. Bila ditinjau dari tujuannya,
evaluasi pembelajaran dibedakan atas evaluasi diagnostik, selektif, penempatan, formatif dan sumatif. Bila ditinjau dari sasarannya, evaluasi pembelajaran dapat dibedakan atas evaluasi konteks, input, proses, hasil dan outcom. Proses evaluasi dilakukan melalui tiga tahap
yaitu tahap perencanaan, pelaksanaan, pengolahan hasil dan pelaporan.
Jenis-jenis
Evaluasi Pembelajaran
A. Jenis evaluasi berdasarkan tujuan dibedakan atas lima jenis evaluasi :
1. Evaluasi diagnostik
Evaluasidiagnostik adalah evaluasi yang di tujukan untuk menelaah
kelemahan-kelemahan siswa beserta faktor-faktor penyebabnya.
2. Evaluasi selektif
Evaluasiselektif adalah evaluasi yang di gunakan untuk memilih siwa yang paling
tepat sesuai dengan kriteria program kegiatan tertentu.
3. Evaluasi penempatan
Eva;uasipenempatan adalah evaluasi yang digunakan untuk menempatkan siswa dalam
program pendidikan tertentu yang sesuai dengan karakteristik siswa.
4. Evaluasi formatif
5. Evaluasi formatif
Evaluasi formatif adalah evaluasi yang dilaksanakan untuk memperbaiki dan meningkatan proses belajar dan mengajar.
6. Evaluasi sumatif
Evaluasi sumatif adalah evaluasi yang dilakukan untuk menentukan hasil dan
kemajuan bekajra siswa.
B. Jenis evaluasi berdasarkan sasaran :
1. Evaluasi konteks
Evaluasi yang ditujukan untuk mengukur konteks program baik mengenai rasional
tujuan, latar belakang program, maupun kebutuhan-kebutuhan yang muncul
dalam perencanaan
2. Evaluasi input
Evaluasi yang diarahkan untuk mengetahui input baik sumber daya maupun strategi
yang digunakan untuk mencapai tujuan.
3. Evaluasi proses
Evaluasi yang di tujukan untuk melihat proses pelaksanaan, baik mengenai
kalancaran proses, kesesuaian dengan rencana, faktor pendukung dan
faktor hambatan yang muncul dalam proses pelaksanaan, dan sejenisnya.
4. Evaluasi hasil atau produk
Evaluasi yang diarahkan untuk melihat hasil program yang dicapai sebagai dasar
untuk menentukan keputusan akhir, diperbaiki, dimodifikasi, ditingkatkan
atau dihentikan.
5. Evaluasi outcom atau lulusan
Evaluasi yang diarahkan untuk melihat hasil belajar siswa lebih lanjut, yankni
evaluasi lulusan setelah terjun ke masyarakat.
C. Jenis evalusi berdasarkan lingkup
kegiatan pembelajaran :
1. Evaluasi program pembelajaran
Evaluaisi yang mencakup terhadap tujuan pembelajaran, isi program pembelajaran,
strategi belajar mengajar, aspe-aspek program pembelajaran yang lain.
2. Evaluasi proses pembelajaran
Evaluasi yang mencakup kesesuaian antara peoses pembelajaran dengan garis-garis
besar program pembelajaran yang di tetapkan, kemampuan guru dalam
melaksanakan proses pembelajaran, kemampuan siswa dalam mengikuti proses
pembelajaran.
3. Evaluasi hasil pembelajaran
Evaluasi hasil belajar mencakup tingkat penguasaan siswa terhadap tujuan pembelajaran yang ditetapkan, baik umum maupun
khusus, ditinjau dalam aspek kognitif, afektif, psikomotorik.
D. Jenis evaluasi berdasarkan objek dan subjek evaluasi
Berdasarkan objek :
1. Evaluasi input
Evaluasi terhadap siswa mencakup kemampuan kepribadian, sikap, keyakinan.
2. Evaluasi tnsformasi
Evaluasi terhadao unsur-unsur transformasi proses pembelajaran anatara lain
materi, media, metode dan lain-lain.
3. Evaluasi output
Evaluasi terhadap lulusan yang mengacu pada ketercapaian hasil pembelajaran.
Berdasarkan subjek :
1. Evaluasi internal
Evaluasi yang dilakukan oleh orang dalam sekolah sebagai evaluator, misalnya guru.
2. Evaluasi eksternal
3. Evaluasi yang dilakukan oleh orang luar sekolah sebagai evaluator, misalnya orangtua, masyarakat.
A. Pengertian Tehnik Nontes
Tehnik penilaian nontes
berarti melaksanakan penilain dengan tidak mengunakan tes. Tehnik penilaian ini
umumnya untuk menilai kepribadian anak secara menyeluruh meliputi sikap,
tingkah laku, sifat, sikap sosial, ucapan, riwayat hidup dan lain-lain. Yang
berhubungan dengan kegiatan belajar dalam pendidikan, baik secara individu
maupun secara kelompok.[1]
Keberhasilan siswa
dalam proses belajar-mengajar tidak dapat diukur dengan alat tes. Sebab masih
banyak aspek-aspek kemampuan siswa yang sulit diukur secara kuantitatif dan
mencakup objektifitas misalnya aspek efektif psikomotor.
- Penggolongan Tehnik Nontes
1) Observasi
Observasi merupakan
suatu pengamatan langsung terhadap siswa dengan memperhatikan tingkah lakuya.
Secara umum observasi adalah cara menghimpun bahan-bahan keterangan (data) yang
dilakukan dengan mengadakan pengamatan dan pencatatan secara sistematis
terhadap fenomena-fenomena yang sedang dijadikan sasaran pengamatan.[2]
Observasi dapat
dilakukan pada berbagi tempat misalnya kelas pada waktu pelajaran, dihalaman
sekolah pada waktu bermain, dilapangan pada waktu murid olah raga, upacara dan
lain-lain.
a. Cara dan Tujuan Observasi
Menurut cara dan
tujuannya observasi dapat dibedakan menjadi 3 macam:
1) Observasi partisipatif dan nonpartisipatif
Observasi partisipatif
adalah observasi dimana orang yang mengobservasi (observer) ikut ambil
bagian alam kegiatan yang dilakukan oleh objek yang diamatinya. Sedangkan
observasi nonpartisipatif, observasi tidak mengambil bagian dalam kegiatan yang
dilakukan oleh objeknya. Atau evaluator berada “diluar garis” seolah-olah
sebagai penonton belaka. Contoh observasi partisipatif : Misalnya guru
mengamati setiap anak. Kalau observasi nonpartisipatif, guru hanya sebagai
pengamat, dan tidak ikut bermain.
2) Observasi sistematis dan observasi
nonsitematis
Observasi sistematis
adalah observasi yang sebelum dilakukan, observer sudah mengatur sruktur yang
berisi kategori atau kriteria, masalah yang akan diamati
Sedangkan observasi
nonsistematis yaitu apabila dalam pengamatan tidak terdapat stuktur ketegori
yang akan diamati.
Contoh observasi
sistematis misalnya guru yang sedang mngamati anak-anak menanam bunga. Disini
sebelum guru melaksanakan observasi sudah membuat kategori-kategori yang akan
diamati, misalnya tentang: kerajinan, kesiapan, kedisiplinan, ketangkasan,
kerjasama dan kebersihan. Kemudian ketegori-kategori itu dicocokkan dengan
tingkah laku murid dalam menanam bunga.
Kalau observasi
nonsistematis maka guru tidak membuat kategori-kategori diatas, tetapi langsung
mengamati anak yang sedang menanam bunga.
3) Observasi Eksperimental
Observasi eksperimental
adalah observasi yang dilakukan secara nonpartisipatif tetapi sistematis.
Tujuannya untuk mengetahui atau melihat perubahan, gejala-gejala sebagai akibat
dari situasi yang sengaja diadakan.[3]
Sebagai alat evaluasi ,
observasi digunakan untuk:
a)
Menilai minat, sikap dan nilai yang terkandung dalam diri siswa.
b) Melihat proses kegiatan yang dilakukan
oleh siswa maupun kelompok.
c) Suatu tes essay / obyektif tidak dapat
menunjukan seberapa kemampuan siswa dapat menjelaskan pendapatnya secara lisan,
dalam bekerja kelompok dan juga kemampuan siswa dalam mengumpulkan data
b. Sifat Observasi
Observasi yang baik dan
tepat harus memilki sifat-sifat tertentu yaitu:
1. Hanya dilakukan sesuai dengan tujuan
pengajaran
2. Direncanakan secara sistematis
3. Hasilnya dicatat dan diolah sesuai dengan
tujuan
4. Dapat diperika validitas, rehabilitas dan
ketelitiaanya.
c. Kebaikan dan Kelemahan Observasi
Observasi sebagai alat
penilain nontes, mempunyai beberapa kebaikan, antara lain:
1. Observasi dapat memperoleh data sebagai
aspek tingkah laku anak.
2. Dalam observasi memungkinkan pencatatan
yang serempak dengan terjadinya suatu gejala atau kejadian yang penting
3. Observasi dapat dilakukan untuk melengkapi
dan mencek data yang diperoleh dari teknik lain, misalnya wawancara atau angket
4. Observer tidak perlu mengunakan bahasa
untuk berkomunikasi dengan objek yang diamati, kalaupun menggunakan, maka hanya
sebentar dan tidak langsung memegang peran. Selain keuntungan diatas, observer
juga mempunyai beberapa kelemahan
Kelemahan observasi:
1.Observer tiidak dapat
mengungkapkan kehidupan pribadi seseorag yang sangat dirahasiakan. Apabila
seseorang yang diamati sengaja merahasiakan kehidupannya maka tidak dapat
diketahui dengan observasi. Misalnya mengamati anak yang menyayi, dia kelihatan
gembira, lincah . Tetapi belum tentu hatinya gembira, dan bahagia. Mungkin
sebaliknya, dia sedih dan duka tetapi dirahasiakan.
2.Apabila si objek yang
diobservasikan mengetahui kalau sedang diobservasi maka tidak mustahil tingkah
lakunya dibuat-buat, agar observer merasa senang.
3. Observer banyak
tergantung kepada faktor-faktor yang tidak dapat dapat dikontrol sebelumya.
d. Alat Pencatat Observasi
Agar hasil observasi
dapat dikumpulkan dengan baik maka sebelumnya guru harus menyiapkan alat untuk
observasi yaitu:
1.Catatan Anekdot (Anecdotal Record)
Yaitu catatan khusus
mengenai hasil pengamatan tentang tingkah laku anak yang dianggap penting
(istimewa). Catatan anekdot ini ada dua macam yaitu anekdot insidental,
digunakan untuk mencatat peristiwa yang terjadi sewaktu-waktu, tidak
terus-menerus. Sedangkan catatan anekdot periodik digunakan untuk mencatat
peristiwa tertentu yang terjadi secara insedental dalam suatu periode tertentu.
Catatan anekdot mempunyai kegunaan dalam melaksanakan observasi trerhadap
tingkah laku anak. Kegunaanya untuk memperoleh pemahaman yang lebih tepat
tentang murid sebagai individu yang kompleks, memperoleh pemahaman tentang sebab-sebab
dari suatu problema yang dihadapinya, dan dapat dijadikan dasar utuk pemecahan
masalah anak dalam belajar.
2.Daftar cek (Check Lish)
Daftar cek adalah sebuah catatan tertulis yang berisi
kemungkinan jawaban yang dipilih, dengan tinggal membubuhkan sebuah tanda pada
kemungkinan jawaban yang benar. Dalam bentuk daftar cek, semua tingkah laku,
sikap yang diobservasi dijabarkan dalam suatu daftar.
3.Skala Penilaian (Rating Scale)
Dalam skala penilaian, tingkah laku, sikap yang diobservasikan
dijabarkan dalam bentuk skala.
2) Wawancara (Interview)
Wawancara adalah suatu
tehnik penilain yang dilakukan dengan jalan percakapan (dialog) baik secara
langsung (face to pace relition) secara langsung apabila wawancara itu
dilakukan kepada orang lain misalnya kepada orang tuannya atau kepada temanya.
Keberhasilan wawancara sebagai alat penilaian sangat dipengaruhi oleh beberapa
hal :
a. Hubungan baik pewawancara dengan
anak yang diwawancarai. Dalam hal ini hendaknya pewawancara dapat menyesuikan
diri dengan orang yang diwawancarai
b. Keterampilan pewawancara
Keterampilan
pewawancara sangat besar pengaruhnya terhadap hasil wawancara yang dilakukan,
karena guru perlu melatih diri agar meiliki keterampilan dalam melaksanakan
wawancara.
c. Pedoman wawancara
Keberhasilan wawancara
juga sangat dipengaruhi oleh pedoman yang dibuat oleh guru sebelum guru
melaksanakan wawancara harus membuat pedoman-pedoman secara terperinci, tentang
pertanyaan yang akan diajukan.
Keuntungan dan
kelemahan wawancara
Keuntungan wawancara
yaitu :
1.Wawancara dapat
memberikan keterangan keadan pribadi hal ini tergantung pada hubungan baik
antara pewawancara dengan objek
2.Wawancara dapat
dilaksanakan untuk setiap umur dan mudah dalam pelaksaannya
3.Wawancara dapat
dilaksanakan serempak dengan observasi
4.Data tentang keadaan
individu lebih banyak diperoleh dan lebih tepat dibandingkan dengan observasi
dan angket.
5.Wawancara dapat
menimbulkan hubungan yang baik antara si pewawancara dengan objek.
Sedangkan Kelemahan
wawancara sebagai alat penilain
a. Keberhasilan wawancara dapat
dipengaruhi oleh kesediaan, kemampuan individu yang diwawancarai
b. Kelancaran wawancara dapat dipengaruhi
oleh keadaan sekitar pelaksaan wawancara
c. Wawancara menuntut penguasaan bahasa
yang baik dan sempurna dari pewawancara
d. Adanya pengaruh subjektif dari pewawancara
dapat mempengaruhi hasil wawancara
Ada dua jenis wawancara
yang dapat pergunakan sebagai alat evaluasi, yaitu:
a.Wawancara terpimpin (Guided
Interview) yang juga sering dikenal dengan istilah wawancara berstruktur (Structured
Interview) atau wawancara sistematis (Systematic Interview).
b.Wawancara tidak
terpimpin (Un-Guided Interview) yang sering dikenal dengan istilah
wawancata sederhana (Simple Interview) atau wawancara tidak sistematis (Non-Systematic
Interview), atau wawancara bebas.
Hal-hal yang perlu
diperhatikan didalam guru sebagai pewawancara yaitu:[4]
a. Guru yang akan mengadakan wawancara harus mempunyai back ground tentang
apa yang akan ditanyakan
b.Guru harus menjalankan wawancara dengan baik tentang maksud wawancara
tersebut
c. Harus menjaga hubungan yang baik
d.Guru harus mempunyai sifat yang dapat dipercaya
e. Pertanyaan hendaknya dilakukan dengan hati-hati, teliti dan kalimatnya
jelas
f. Hindarkan hal-hal yang dapat mengganggu jalannya wawancara
g. Guru harus mengunakan bahasa sesuai kemampuan siswa yang menjadi sumber
data
h. Hindari kevakuman pembicaraan yang terlalu lama
i. Guru harus mengobrol dalam wawancara
j. Batasi waktu wawancara
k.Hindari penonjolan aku dari guru
3) Angket (Questionave)
Pada dasarnya angket
adalah sebuah daftar pertanyaan yang harus diisi oleh orang yang akan diukur
(responden)[5]
Pada umumnya tujuan
penggunaan anngket atau kuesioner dalam proses pembelajaran terutama adalah
untuk memperoleh data mengenai latar belakang peserta didik sebagai salah satu
bahan dalam menganalisis tingkah laku dan proses belajar mereka.
Angket sebagai alat
penilaian nontes dapat dilaksanakan secara langsung maupun secara tidak
langsung. Dilaksanakan secara langsung apabila angket itu diberikan kepada anak
yang dinilai atau dimintai keterangan sedangkan dilaksanakan secara tidak
langsung apabila nagket itu diberikan kepada orang untuk dimintai keterangan
tentang keadaan orang lain. Misalnya diberikan kepada orangtuanya, atau diberikan
kepada temannya.
Ditinjau dari
strukturnya, angket dapat dibagi menadi 2 macam, yaitu angket berstuktur dan
angket tidak berstuktur. Angket berstuktur adalah angket yang bersifat tegas,
jelas, dengan model pertanyan yang terbatas, singkat dan membutuhkan jawaban
tegas dan terbatas pula. Sedangkan angket tidak berstruktur adalah angket yang
membutuhkan jawaban uraian panjang, dari anak, dan bebas. Yang biasanya anak
dituntut untuk memberi penjelasan-penjelasan, alasan-alasan terbuka.
Angket sebagai alat
penilaian terhadap sikap tingkah laku, bakat, kemampuan, minat anak, mempunyai
beberapa kelebihan dan kelemahan. Kelebihan angket antara lain:
a) Dengan angket kita dapat memperoleh data
dari sejumlah anak yang banyak yang hanya membutuhkan waktu yang sigkat.
b) Setiap anak dapat memperoleh sejumlah
pertanyaan yang sama
c) Dengan angket anak pengaruh subjektif dari
guru dapat dihindarkan
Sedangkan kelemahan
angket, antara lain:
a) Pertanyaan yang diberikan melalui angket
adalah terbatas, sehingga apabila ada hal-hal yang kurang jelas maka sulit
untuk diterangkan kembali
b) Kadang-kadang pertanyaan yang diberikan
tidak dijawab oleh semua anak, atau mungkin dijawab tetapi tidak sesuai dengan
kenyataan yang sebenarnya. Karena anak merasa bebas menjawab dan tidak diawasi
secara mendetail.
c) Ada kemungkinan angket yang diberikan
tidak dapat dikumpulkan semua, sebab banyak anak yang merasa kurang perlu hasil
dari angket yang diterima, sehingga tidak memberikan kembali angketnya.
4). Pemeriksaan Dokumen (Ducumentary Analisis)[6]
Evaluasi mengenai kemajuan, perkembangan atau keberhasilan belajar peserta
didik tanpa menguji (tehnik nontes) juga dapat dilengkapi atau diperkaya dengan
cara melakukan pemerikasaan terhadap dokumen-dokumen; misalnya dokumen yang
memuat infomasi mengenai riwayat hidup (auto biography).
Riwayat hidup adalah gambaran tentang keadaan
seseorang selama dalam masa kehidupannya. Dengan mempelajari riwayat hidup,
maka subjek evaluasi akan dapat menarik suatu kesimpulan tentang kepribadian
kebiasaan atau sikap dari obyek yang dinilai.
Berbagai informasi, baik mengenai peserta
didik, orangtua dan lingkungannya itu bukan tidak mungkin pada saat-saat
tertentu sangat diperlukan sebagai bahan pelengkap bagi pendidik dalam
melakukan evaluasi hasil belajar terhadap peserta didik.
5) Sosiometri[7]
Sosiometri adalah suatu penilaian untuk
menentukan pola pertalian dan kedudukan seseorang dalam suatu kelompok.
Sehnggga sosiometri merupakan alat yag tepat untuk menilai hubungan sosial dan
tingkah laku sosial dari murid-murid dalam suatu kelas, yang meliputi stuktur
hubungan individu, susunan antar individu dan arah ubungan sosial. Sehingga
dengan demikian seorang guru dapat mengetahui bagaimana keadaan hubungan social
dari tiap-tiap anak dalam suatu kelompok atau kelas.
Pengukuran, Penilaian dan Evaluasi Pendidikan
a. PengukuranPengukuran dapat diartikan dengan kegiatan untuk mengukur sesuatu. Pada hakekatnya, kegiatan ini adalah membandingkan sesuatu dengan atau sesuatu yang lain (Anas Sudijono, 1996: 3) Jika kita mengukur suhu badan seseorang dengan termometer, atau mengukur jarak kota A dengan kota B, maka sesungguhnya yang sedang dilakukan adalah mengkuantifikasi keadaan seseorang atau tempat kedalam angka. Karenanya, dapat dipahami bahwa pengukuran itu bersifat kuantitatif
Maksud dilaksanakan pengukuran sebagaimana dikemukakan Anas Sudijono (1996: 4) ada tiga macam yaitu : (1) pengukuran yang dilakukan bukan untuk menguji sesuatu seperti orang mengukur jarak dua buah kota, (2) pengukuran untuk menguji sesuatu seperti menguji daya tahan lampu pijar serta (3) pengukuran yang dilakukan untuk menilai. Pengukuran ini dilakukan dengan jalan menguji hal yang ingin dinilai seperti kemajuan belajar dan lain sebagainya.
Dalam dunia pendidikan, yang dimaksud pengukuran sebagaimana disampaikan Cangelosi (1995: 21) adalah proses pengumpulan data melalui pengamatan empiris. Proses pengumpulan ini dilakukan untuk menaksir apa yang telah diperoleh siswa setelah mengikuti pelajaran selama waktu tertentu. Proses ini dapat dilakukan dengan mengamati kinerja mereka, mendengarkan apa yang mereka katakan serta mengumpulkan informasi yang sesuai dengan tujuan melalui apa yang telah dilakukan siswa.
Menurut Mardapi (2004: 14) pengukuran pada dasarnya adalah kegiatan penentuan angka terhadap suatu obyek secara sistematis. Karakteristik yang terdapat dalam obyek yang diukur ditransfer menjadi bentuk angka sehingga lebih mudah untuk dinilai. aspek-aspek yang terdapat dalam diri manusia seperti kognitif, afektif dan psikomotor dirubah menjadi angka. Karenanya, kesalahan dalam mengangkakan aspek-aspek ini harus sekecil mungkin. Kesalahan yang mungkin muncul dalam melakukan pengukuran khususnya dibidang ilmu-ilmu sosial dapat berasal dari alat ukur, cara mengukur dan obyek yang diukur.
Pengukuran dalam bidang pendidikan erat kaitannya dengan tes. Hal ini dikarenakan salah satu cara yang sering dipakai untuk mengukur hasil yang telah dicapai siswa adalah dengan tes. Selain dengan tes, terkadang juga dipergunakan nontes. Jika tes dapat memberikan informasi tentang karakteristik kognitif dan psikomotor, maka nontes dapat memberikan informasi tentang karakteristik afektif obyek.
b. Penilaian
Penilaian merupakan bagian penting dan tak terpisahkan dalam sistem pendidikan saat ini. Peningkatan kualitas pendidikan dapat dilihat dari nilai-nilai yang diperoleh siswa. Tentu saja untuk itu diperlukan sistem penilaian yang baik dan tidak bias. Sistem penilaian yang baik akan mampu memberikan gambaran tentang kualitas pembelajaran sehingga pada gilirannya akan mampu membantu guru merencanakan strategi pembelajaran. Bagi siswa sendiri, sistem penilaian yang baik akan mampu memberikan motivasi untuk selalu meningkatkan kemampuannya.
Dalam sistem evaluasi hasil belajar, penilaian merupakan langkah lanjutan setelah dilakukan pengukuran. informasi yang diperoleh dari hasil pengukuran selanjutnya dideskripsikan dan ditafsirkan. Karenanya, menurut Djemari Mardapi (1999: 8) penilaian adalah kegiatan menafsirkan atau mendeskripsikan hasil pengukuran. Menurut Cangelosi (1995: 21) penilaian adalah keputusan tentang nilai. Oleh karena itu, langkah selanjutnya setelah melaksanakan pengukuran adalah penilaian. Penilaian dilakukan setelah siswa menjawab soal-soal yang terdapat pada tes. Hasil jawaban siswa tersebut ditafsirkan dalam bentuk nilai.
Menurut Djemari Mardapi (2004: 18) ada dua acuan yang dapat dipergunakan dalam melakukan penilaian yaitu acuan norma dan acuan kriteria. Dalam melakukan penilaian dibidang pendidikan, kedua acuan ini dapat dipergunakan. Acuan norma berasumsi bahwa kemampuan seseorang berbeda serta dapat digambarkan menurut kurva distribusi normal. Sedangkan acuan kriteria berasumsi bahwa apapun bisa dipelajari semua orang namun waktunya bisa berbeda.
Penggunaan acuan norma dilakukan untuk menyeleksi dan mengetahui dimana posisi seseorang terhadap kelompoknya. Misalnya jika seseorang mengikuti tes tertentu, maka hasil tes akan memberikan gambaran dimana posisinya jika dibandingkan dengan orang lain yang mengikuti tes tersebut. Adapun acuan kriteria dipergunakan untuk menentukan kelulusan seseorang dengan membandingkan hasil yang dicapai dengan kriteria yang telah ditetapkan terlebih dahulu. Acuan ini biasanya digunakan untuk menentukan kelulusan seseorang. Seseorang yang dikatakan telah lulus berarti bisa melakukan apa yang terdapat dalam kriteria yang telah ditetapkan dan sebaliknya. Acuan kriteria, ini biasanya dipergunakan untuk ujian-ujian praktek.
Dengan adanya acuan norma atau kriteria, hasil yang sama yang didapat dari pengukuran ataupun penilaian akan dapat diinterpretasikan berbeda sesuai dengan acuan yang digunakan. Misalnya, kecepatan kendaraan 40 km/jam akan memiliki interpretasi yang berbeda apabila kendaraan tersebut adalah sepeda dan mobil.
c. Evaluasi
Pengukuran, penilaian dan evaluasi merupakan kegiatan yang bersifat hierarki. Artinya ketiga kegiatan tersebut dalam kaitannya dengan proses belajar mengajar tidak dapat dipisahkan satu sama lain dan dalam pelaksanaannya harus dilaksanakan secara berurutan.
Evaluasi Menurut Suharsimi Arikunto (2004: 1) adalah kegiatan untuk mengumpulkan informasi tentang bekerjanya sesuatu, yang selanjutnya informasi tersebut digunakan untuk menentukan alternatif yang tepat dalam mengambil keputusan. Dalam bidang pendidikan, evaluasi sebagaimana dikatakan Gronlund (1990: 5) merupakan proses yang sistematis tentang mengumpulkan, menganalisis dan menafsirkan informasi untuk menentukan sejauhmana tujuan pembelajaran telah dicapai oleh siswa. Menurut Djemari Mardapi (2004: 19) evaluasi adalah proses mengumpulkan informasi untuk mengetahui pencapaian belajar kelas atau kelompok.
Dari pendapat di atas, ada beberapa hal yang menjadi ciri khas dari evaluasi yaitu: (1) sebagai kegiatan yang sistematis, pelaksanaan evaluasi haruslah dilakukan secara berkesinambungan. Sebuah program pembelajaran seharusnya dievaluasi disetiap akhir program tersebut, (2) dalam pelaksanaan evaluasi dibutuhkan data dan informasi yang akurat untuk menunjang keputusan yang akan diambil. Asumsi-asumsi ataupun prasangka. bukan merupakan landasan untuk mengambil keputusan dalam evaluasi, dan (3) kegiatan evaluasi dalam pendidikan tidak pernah terlepas dari tujuan-tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan sebelumnya. Karena itulah pendekatan goal oriented merupakan pendekatan yang paling sesuai untuk evaluasi pembelajaran.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar