AGAMA
DAN PENGARUHNYA TERHADAP KESEHATAN MENTAL
Kesehatan mental (mental
bygiene) adalah ilmu yang meliputi sistem tentang prinsip-prinsip,
peraturan-peraturan serta prosedur-prosedur untuk mempertinggi kesehatan ruhani
(M.Buchori,1982:13). Orang yang sehat mentalnya ialah orang yang dalam ruhani
atau dalam hatinya selalu merasa tenang, aman, dan tentram (M.Buchori,1982: 5).
Menurut H.C.Witherington, permasalahan kesehatan mental menyangkut pengetahuan
serta prinsip-prinsip yang terdapat lapangan psikologi, kedokteran, psikiatri,
biologi, sosiologi, dan agama (M.Buchori, 1982: 5).
Dalam ilmu kedokteran dikenal ostilah psikosomatik (kejiwabadanan). Maksudnya
adalah untuk menjelaskan bahwa terdapat hubungan yang erat antara jiwa dan
badan. Jika jiwa berada dalam kondisi yang kurang normal seperti susah, cemas,
gelisah, dan sebagainya, maka badan terut menderita.
Beberapa temuan di bidang kedokteran dijumpai
sejumlah kasus yang membuktikan adanya hubungan tersebut, jiwa (psyche) dan badan (soma). Dan istilah “makan hati berulam jantung” merupakan cerminan tentang
adanya hubungan antara jiwa dan badan sebagai hubungan timbal balik. Jiwa sehat
badan segar dan badan sehat jiwa normal.
Di bidang kedokteran dikenal beberapa macam
pengobatan antara lain dengan menggunakan bahan-bahan kimia (tablet, cairan
suntik atau obat minum). Electro-therapia
(sorot sinar, getaran arus listrik). Chibro-practic
(pijat), Selain itu juga dikenal pengobatan tradisional seperti tusuk jarum,
mandi uap, hingga ke cara pengobatan pendukunan. (K.H.S.S. Djam’an. 1975:11)
Di luar cara-cara seperti itu, sejak berkembang
psikoanalisis yang diperkenalkan oleh
Dr. Breuer dan S.Freud, orang mulai mengenal pengobatan dengan
hipotheria, yaitu pengobatan dengan cara hipnotis.
Sejumlah kasus yang menunjukkan adanya hubungan
antara faktor keyakinan dengan kesehatan jiwa atau mental tampaknya sudah
disadari para ilmuan sejak beberapa abad lalu. ,misalnya pernyataan Carel Gustaf Jung” diantara pasien saya
yang setengah baya tidak seorangpun yang penyebab kejiwaannya tidak dilator
belakangi oleh aspek Agama”. (K.H.S.S.Djaman 1875:17)
Kenyataan serupa itu juga akan dijumpai dalam banyak
buku yang mengungkapkan akan betapa eratnya hubungan antara agama dan kesehatan
mental. Di Indonesia sendiri dua buku yang diterbitkan dengan judul peranan Agama dan Kesehatan mental oleh Prof. Dr. Zakiah Drajat dan Agam
dan kesehatan Mental oleh Prof. Dr.
Aulia, telah membahas mengenai sejumlah kasus yang menunukkan antara kesehatan
jiwa dan Agama. Dan Prof .Dr. Muhammad Mahmud ABD Al Qodir lebih jauh membahas hubungan antara Agama dan
kesehatan mental melalui pendekatan biokimia. Menurutnya, didilam tubuh manusia
terdapat Sembilan kelenjar hormone yang memproduksi persenywaan-persenyawaan kimia
yang mempunyai pengaruh biokimia tertentu, disalurkan lewat pembuluh darah dan
selanjutnya member pengaruh kepada eksisitensi dan berbagai-bagai kegiatan
tubuh. Pershormon persenyawaan-persenyawaan itu disebut hormone.
Lebih jauh Muhammad ABD Al Qodir berkesimpulan bahwa
segala bentuk gejala emosi seperti rasa bahagia, rasa dendam, rasa marah,
takut, berani, pengecut yang ada pada diri manusia akibat pengaruh
persenyawaan-persenyawaan kimia hormon,
diamping persenyawaan lainnya.
Jika seorang berada dalam keadaan normal, seimbang hormon
dan kimiawinya,, maka ia akan selalu berada dalam keadaan aman. Perubahan yang
terjadi dalam kejiwaan itu disebut oleh ABD Al Qodir sebagai spektrum hidup.
Jika terjadi keseimbambangan maka akan kembali
menjadi normal. Terjadinya pergesekan dari kondisi normal ke daerah yang
berbahaya itu, menurut ABD Qodir sangat bergantung dari drajat keimanan yang
tersimpan didalam diri manusia, disamping faktor susunan tubuh serta dalam atau
dangkalnya rasa dan kesadaran manusia itu.( Muhammad Mahmud ABD Al Qodir,
1979)
Penemuan Muhammad Mahmud ABD Al Qodir seorang ulama
dan ahli biokimia ini, setidak-tidaknya member bukti akan adanya hubungan
antara keyakinan Agam dan kesehatan jiwa. Pengobatan penyakit batin melalui
bantuan Agama lebh banyak dipraktikkan orang.
Salah satu
cabang ilmu jiwa,yang tergolong dalam psikologi
Humanistika dikenal logo terapi ( logos
berarti makna dan juga rohani) logoterapi dilandasi falsafah hidup dan wawasan
mengenai manusia yang mengakui adanya dimensi sosial pada kehidupan manusia.
Logo terapi menunjukkan tiga bidang kegiatan secara potensial memberi peluang kepada seseorang untuk menemukan makna
hidup bagi dirinya sendiri ( logos berarti makna dan juga rohani) logo terapi
dilandasi falsafah hidup dan wawasan mengenai manusia yang mengakui adanya
dimensi social pada kehidupan manusia. Logo terapi menunjukkan tiga bidang
kegiatan secara potensial memberi peluang kepada seseorang untuk menemukan
makna hidup bagi dirinya sendiri. Ketiga kegiatan itu adalah :
1. Kegiatan berkarya, bekerja dan mencipta,
serta melaksanakan sebaik-baiknya tugas dan kewajiban masing-masing
2. Keyakinan dan penghayatan atas
nilai-nilai tertentu( kebenaran, keindahan, kebijakan, keimanan dan lainnya)
dan
3. Sikap tepat yang diambil keadaan dan
penderitaan yang tidak terelakkan lagi.
Dalam menghadapi siakp yang tidak terhindarkan lagi
pada kondisi yang ketiga, menurut logoterapi, maka ibadah merupakan salah satu
cara yang dapat digunakan untuk membuka pandangan seseorang akan nilai nilai
potensial dan makna hidup yang terdapat dalam diri dan sekitarnya(Hanna
Djumhana Bastaman,1989)
DAFTAR
PUSTAKA
Prof.
Dr. H. Rama yulis, Psikologi Agama, Mulia Jakarta:2007
Prof.
Dr. H. Jalaluddin, Psikologi Agama,
Rajagrapindo Persada, Jakarta:2008
mantaaaaaaaaaapppppppp
BalasHapus